Pengujian karakteristik urine merupakan pengujian yang dilakukan dengan cara langsung pada sampel urine yang telah dikumpulkan. Pada pengujian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik urine yang meliputi suhu, warna, bau, volume, buih, berat jenis, kadar padatan dan pH.Suhu urine yang diamati yaitu 33 °C. Data ini menunjukkan bahwa urine yang diamati dalam keadaan normal, karena suhu urine tidak memiliki selisih yang jauh dari suhu tubuh seseorang dalam keadaan normal. Suhu tubuh seseorang dalam keadaan normal berkisar 37 °C. Suhu urine seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor dari dalam tubuh seseorang ataupun faktor dari luar tubuh yaitu faktor lingkungan. Skala warna dalam pengamatan urine antara lain kuning, keruh, kuning pekat, dan kuning kemerahan. Warna urine yang diamati menunjukkan warna kuning yang jernih. Data menunjukkan bahwa urine yang diamati dalam keadaan normal. Jika urine berwarna keruh, coklat kemerahan, dan kuning pekat maka hal itu menunjukkan adanya abnormalitas pada sistem urinalis seseorang. Bau urine yang diamati menunjukkan bahwa bau urine tidak menyengat (aromatic lemah). Bau amonia yang dihasilkan dari urine ini disebabkan oleh bakteri yang menguraikan urea. Hal ini menunjukkan bahwa urine dalam keadaan normal. Jika bau urine sangat menyengat maka hal ini menunjukkan adanya indikasi abnormalitas. Volume urine yang digunakan dalam pengujian ini adalah volume urine secara langsung yaitu sebesar 60 ml. Buih dari urine yang diamati menunjukkan hanya ada sedikit. Hal ini menujukkan kondisi yang normal dari urine yang diamati. Berat jenis dari urine yang diamati sebesar 1,219 g/ml berat jenis lebih tinggi dari normal. Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran, diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal azotemia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Pemeriksaan zat padatan dalam urin dapat memberikan gambaran kondisi saluran urin mulai dari ginjal sampai uretra. Zat padatan digolongkan menjadi zat padatan organik dan anorganik, serta berkaitan erat dengan tingkat kekeruhan urin. Pada pengujian yang telah dilakukan didapatkan nilai sebesar 0,494 g/L. Zat padatan atau kristal-kristal ini tidak memiliki pertalian khusus dengan penyakit kencing batu ataupun sejenisnya, tetapi merupakan zat-zat sampah metabolisme yang normal. Zat padatan anorganik juga ditentukan oleh jenis dan jumlah makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.pH urine yang diamati menunjukkan nilai pH sebesar 6. Hal ini menunjukkan bahwa urine dalam keadaan normal.pH urien normal berkisar antara 5,0 – 7,5 . Jika pH urine tidak sesuai dengan nilai range tersebuit maka urine dalam keadaan abnormalitas (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2011).Uji koagulasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein dalam urine.Fungsi larutan CH3COOH 3 M adalah sebagai reagen untuk mendapatkan protein dalam larutan sehingga terjadi perubahan dari bening dan kemudian muncul endapan.Selain itu CH3COOH berfungsi untuk mengubah bentuk 3 dimensi dari protein sehinga terjadi koagulasi. Proses pemanasan dalam waterbath berfungsi untuk mempercepat reaksi dan membantu proses pembentukan gumpalan pada urine yang mengandung protein. Hasil positif ditandai dengan adanya endapan dalam urine. Dari percobaan yang telah dilakukan tidak adanya endapan pada saat pemanasan dan setelah penambahan asama asetat (CH3COOH) sebanyak 3 tetes. Hal ini menunjukkan bahwa urine tidak mengandung protein karena tidak terdapat endapan.Kondisi urin yang tidak terdapat protein menyatakan urin normal.
Baca juga pengertian kolestrol(definisi) beserta cara pengujian
Uji Bang juga berfungsi untuk menguji adanya protein didalam urin. Prinsip uji Bang adalah jika ada protein dalam urin, akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin. Pada percobaan menunjukan bahwa tidak ada gumpalan sedikitpun pada urin hal tersebut menunjukan keadaan urin yang normal.
Uji benedict berfungsi untuk mengidentifikasi karbohidrat mana yang mengandung gula pereduksi dan non pereduksi. Uji positif yang terjadi pada uji ini ditandai dengan adanya endapan merah bata, hijau/kuning, hijau kebiruan dan negative bila bewarna biru. Prinsip uji Benedict ialah ketika suatu senyawa uji memiliki gugus fungsi aldehida atau gugus fungsi hemiasetal yang dapat membuka menjadi aldehida maka karbohidrat tersebut merupakan gula pereduksi. Cu2+ yang terkompleks dengan benedict dapat direduksi menjadi endapan merah bata (Cu2O). Pada percobaan menunjukan hasil negative yaitu bewarna biru, menunjukan urin dalam keadaan normal karena tidak ada karbohidrat yang terkandung didalamnya.
Tujuan uji ketonuria untuk mengetahui adanya zat keton didalam urin. Prinsip uji ketonuria (rothera) yaitu natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam aseto asetat dan aseton dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwarna ungu. Pada percobaan menunjukan hasil negative atau tidak ada keton didalam urin,hasilnya menunjukan warna kuning . Badan keton dapat ditemukan pada urin malnutrisi, kondisi DM yang tidak terkontrol, dan pecandu alkohol karena gangguan kondisi metabolik seperti diabetes mellitus, ginjal, glikosuria karena peningkatan kondisi metabolik seperti hipertiroidism, demam, kehamilan dan menyusui, malnutrisi, diet kaya lemak. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2011).
Uji darah (uji Perpksisdase/Benzidin) bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen darah yang terkandung di dalam urin urin.Prinsip uji ini adalah urin akan terpecah oleh H2O2 jika terdapat hemoglobin di dalam urin maka O2 akan diikat oleh hemoglobin dan akan membentuk HbO2 atau oksihemoglobin dan bereaksi dengan larutan benzidin sehingga akan membentuk warna biru (Murray et al, 2003). Percobaan menunjukan hasil negatif yaitu tidak terdapat pigmen darah di dalam urin dan bewarna agak kekuningan sedangkan blanko bewarna bening karena larutan benzidin hanya bereaksi dengan larutan H2O2 saja. Kondisi negatif menunjukan keadaan urin yang normal.
Uji bilirubin atau metode Hyman-Bergh bertujuan untuk mengeetahui adanya bilirubin di dalam urin. Prinsip uji bilirubin adalah pereaksi diazo pada garam diazonium bereaksi dengan bilirubin dalam suasana asam akan membentuk warna merah eosin. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung. Nilai normal bilirubin adalah dengan total ≤ 1,4 mg/dL SI = <24 μmmol/L dan bilirubin langsung ≤ 0,40 mg/dL SI = <7 μmmol/L (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2011). Pada percobaan menunjukan hasil negatif berbentuk keruh dan berwarna agak kekuningan, hal tersebut menunjukan tidak ada abnormalitas pada urin. Apabila di dalam urin terdapat bilirubin yang berlebih maka menunjukan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor).
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2001; Perry dan Potter, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Alfiani N.2012.Hubungan Gagal Ginjal Kronik dengan Tebal parenkim Ginjal pada
PemeriksaanUSG Abdomen Fokus Ginjal [skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Barrat J.2007.What to do with Patient with Abnormal Dipstick Urinalysis.Elsevier Ltd.
Hidayati W, Yuwono PY.2012.Volume Urin 24 jam pada Ibu Hamil. 1:124-131.
[KEMENKES] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2011.Pedoman Interpretasi Data
Klinik.Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Majid, F.A., Buba, F.2010. “The Predictive and Discriminant Values of Urine Nitrites
in Urinary Tract Infection”, Biomedical Research. 21 (3): 297-299.
Murray, et al.2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran Hewan
EGC. Jakarta.
Muray dan Robert. 2003. Biokimia Harper.Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Taruli GK.2015.Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Kelengkeng (Euphoria Longan
[LOUR]) Terhadap Kadar Kreatinin Darah Mencit yang Diinduksi Parasetamol [skripsi].Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Whiting, P. Westwood, M. Bojke, L..2006. Clinical effectiveness and cost-
effectiveness of tests for the diagnosis and investigation of urinary tract infection in children: a systematic review and economic model”. Health Technol Assess: 10: iii-iv, xi-xiii, 1-154.
http://www.perfecturine.com/
http://www.ultrakleanurine.com/
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/maple-syrup-urine-disease
Keyword: pengujian urine, Fakultas Kedokteran, Uji darah, Uji bilirubin, uji ketonuria, Uji benedict, Uji Bang, tubuh seseorang, Bilirubin, Biliverdin.
0 comments:
Post a Comment