Pertanian organik tidak dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi, lingkungan dan sosial. Pertanian organik tidak hanya sebatas meniadakan penggunaan input sintetis, tetapi juga pemanfaatan sumber-sumberdaya alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan menghemat energi.Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan memberikan pendapatan yang cukup bagi petani. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian menjadikan pertanian organik menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen.Kebanyakan konsumen akan memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan sehingga mendorong meningkatnya permintaan produk organik. Pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non-alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis, dan hormon tumbuh dalam budi daya pertanian. Pola hidup sehat ini mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi ini dapat diproduksi dengan metode pertanian organik, tak terkecuali sayuran organik. Sebagian masyarakat memilih produk organik dalam komponen pangannya dengan beragam alasan. Motivasi utama konsumen memilih produk organik adalah dampak produk organik terhadap kesehatan. Demikian pula yang ditunjukkan oleh hasil beberapa kajian yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengetahui alasan konsumen memilih produk organik. Preferensi sayuran organik ditentukan oleh karakteristik sosial dan ekonomi konsumen dengan pertimbangan utama alasan kesehatan dan secara lebih spesifik adalah menghindari residu pestisida. menunjukkan bahwa di antara produk organik, sayur merupakan salah satu produk organik yang paling disukai konsumen setelah beras, artinya sayur dianggap sebagai salah satu kebutuhan utama sebagai bahan pangan. Konsumen juga mempunyai preferensi produk organik sebagai prestise karena harga produk organik yang relatif lebih mahal dibandingkan produk yang dihasilkan secara konvensional. Ada perbedaan temuan dalam hal keterkaitan antara usia konsumen dan permintaan sayuran organik.bahwa preferensi terhadap produk organik berkorelasi negatif dengan usia (kisaran usia responsden adalah 21–60 dengan rata-rata usia 37 tahun) terutama terkait dengan relatif mahalnya produk organik, namuntidak menemukan korelasi yang nyata antara umur dan permintaan sayuran organik, demikian juga dengan tingkat pendidikan. Tidak adanya keterkaitan yang nyata antara umur dan pendidikan dengan permintaan sayuran organik karena kedua faktor tersebut tidak mengindikasikan tingkat pendapatan keluarga. Hal ini disebabkan karena harga masih menjadi pertimbangan utama bagi konsumen di Indonesia dalam memutuskan untuk membeli sayuran organik. Faktor psikologis berupa motivasi, pembelajaran, dan sikap dapat berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap keputusan pembelian produk sayuran organik. Perbedaan kandungan senyawa dalam produk organik dan konvensional, misalnya kandungan asam organik dan polifenol disebabkan dua kemungkinan. Dugaan pertama adalah pemupukan dengan pupuk anorganik menyebabkan lebih cepat tersedianya nitrogen sehingga mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan sebagai akibatnya produksi senyawa metabolit sekunder berkurang. Namun demikian, tanaman yang dibudidayakan secara organik tanpa menggunakan pestisida kimia sintetis, lebih mengalami cekaman dan memiliki mekanisme pertahanan secara alami dengan meningkatkan produksi antioksidan misalnya polifenol. Membandingkan kualitas antara sayuran yang dipupuk organik (meskipun
tidak dibudidayakan secara organik) dan anorganik, mungkin dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan kualitas antara sayuran organik dan non-organik. mempelajari kandungan serat pangan dan senyawa pectin dalam sayur pucuk kolesom (Talinumtriangulare (Jacq.)) yang diproduksi dengan kombinasi pupuk kandang atau dengan pupuk anorganik. Kandungan serat pangan total, serat larut, dan serat tidak larut pucuk kolesom yang diproduksi dengan pupuk anorganik
(konvensional) lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipupuk organik baikpada musim hujan maupun pada musim kering. Kandungan senyawa pektin pada sayuran dengan pupuk anorganik lebih tinggi dibandingkan yang dengan pupuk organik, namun ini hanya terjadi pada penanaman saat musim hujan
0 comments:
Post a Comment