farming

Hal-hal berkaitan dalam perawatan,pemilihan,dan yang perlu dilakukan dalam pembuatan pertanian organik


Varietas, Benih, dan Pesemaian

Berikut ini merupakan varietas dan benih yang akan digunakan pada budidaya padi organik dianjurkan.

1. Berkualitas baik dan disukai konsumen

2. Relatif tahan terhadap hama dan penyakit

3. Mempunyai potensial hasil panen yang tinggi

4. Benih diperbanyak dalam sistem pertanian organik

5. Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika

6. Benih diseleksi dengan larutan garam untuk memisahkan benih

yang bernas dengan yang hampa atau tidak mengisi penuh.

7. Untuk mencegah hama penyakit yang terbawa oleh benih dengan cara diberi perlakuan dengan merendam air panas (60 oC) selama 6 menit 30 detik.

8. Bibit siap salur yang sehat dapat dihasilkan dari benih bermutu dan cara serta pemeliharaan dalam masa pesemaian yang baik.Untuk sistem SRI (System of Rice Intensification) bibit dipindahkan ke lapangan pada saat berumur 10–14 hari setelah sebar. Benih bermutu dalam arti memiliki kemurnian varietas 100%, daya kecambah >98%, kadar air 14%, dan kadar kotoran <2%. Benih berasal dari seleksi pertanaman yang dibudidayakan secara organik menjadi syarat penting. Lahan pembibitan dipersiapkan dengan aplikasi pupuk kandang minimal sebulan sebelum sebar dan dibuat saluran yang memadai untuk menjamin kecukupan air ataupun mengendalikan hama keong emas.Selama masa pembibitan tidak dilakukan aplikasi pupuk maupun pestisida sintetis.

Penanaman

1. Penanaman sebaiknya dilakukan sekitar 1–2 hari setelah pengolahan tanah terakhir, yaitu agar kondisi tanah stabil setelah sebelumnya dilumpurkan dalam proses pembajakan dan penggaruan.

2. Penanaman dapat dilakukan secara manual atau dapat pula secaramekanis dengan menggunakan transplanter. Untuk penanaman secara mekanis dengan transplanter, bibit harus terlebih dahulu disiapkan secara khusus dengan pesemaian kering pada tray (seed carpets).

3. Jarak tanam dapat digunakan sistem tegel seperti 20 cm x 20 cm, 25cm x 25 cm, 30 cm x 15 cm, atau dengan sistem legowo disesuaiakan dengan varietas yang ditanam dan kesuburan tanah.

Pemupukan

Budidaya padi organik sangat tidak dianjurkan menggunakan pupuk nonorganik seperti urea, TSP, KCl, NPK, dan pupuk mikro buatan, tetapi diperbolehkan menggunakan pupuk yang bersumber dari bahan organik seperti: pupuk kandang, kompos dari sisa tanaman, tepung darah, tepung tulang, rock fosfat, kapur pertanian, kotoran kelelawar (guano). Teknologi pemupukan pada produksi padi organik adalah sebagai berikut:

1. Pupuk organik seperti pupuk kandang yang sudah matang atau kompos diaplikasikan di lahan dengan cara ditebar setelah penggaruan I. Dosis pupuk organik yang diberikan pada musim tanam (MT) I dan MT II sekitar 20 ton/ha dan ditambah 2 ton abu sekam/ha.

Pada MT berikutnya cukup diberikan 10 ton pupuk kandang ha 1.

2. Sebagai tambahan dapat diaplikasikan teh kompos atau pupuk kandang, yaitu pupuk kandang dilarutkan dalam air. Caranya dengan memasukkan pupuk kandang hingga setengah wadah, kemudian tambahkan air hingga mencapai permukaan wadah (konsentrasi 1:2 v/v). Setelah 1 minggu, air disaring untuk disemprotkan pada tanah dan tanaman atau disiramkan pada barisan tanaman. Setelah itu, ambil larutan pupuk kandang sebanyak 1 L untuk dilarutkan dengan 10 L air.

3. Larutan pupuk tersebut dimasukkan ke dalam knapsack sprayer,

kemudian disemprotkan ke tanaman padi sawah.

4. Pemberian pupuk P organik seperti tepung tulang, RP (rock phosphate) atau kotoran Burung Guano, namun proses ketersediaan bagi tanaman cukup lambat (sekitar 3–5 tahun).

5. Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber kalium yang baik. Kalium dapat berkadar tinggi dalam air irigasi.

6. Sebagai tambahan juga dapat diberikan pupuk hayati (mikro organisme lokal/MOL) yang dapat dibuat sendiri oleh petani.

7. Tidak diperbolehkan mengaplikasikan zat pengatur tumbuh sintetis seperti auksin, giberelin, maupun sitokinin.

Pengairan

1. Pengairan dilakukan berdasarkan fase pertumbuhan padi dan menganut prinsip dasar bahwa padi bukanlah tanaman air/ hydrophyte, tetapi tanaman yang memerlukan air yang banyak.

2. Metode SRI sangat baik dianut dalam pengelolaan air untuk  padi organik yaitu pengairan tanpa genangan baik itu pengairan berselang ataupun macak-macak. Air dapat dimasukkan dengan tinggi genangan sekitar 3 cm 7 hari setelah tanam. Pengairan selanjutnya dialirkan sehingga sawah tergenang sekitar 5 cm dan kemudian didiamkan hingga air meresap kedalam tanah baru dimasukkan air kembali.

3. Pada saat pengendalian gulma air dapat dimasukkan dengan tinggi genangan sekitar 10 cm untuk memudahkan penyiangan, tetapi kemudian dikeringkan pada saat pemupukan. Pengeringan juga dilakukan sekitar 10 hari sebelum panen.

4. Sumber air diusahakan bebas cemaran atau tidak melewati lahan budidaya non organik. Apabila melewati lahan non organik harus ada upaya menetralkan kontaminasi masukan dari budidaya non organik.

Pengendalian gulma

Pertanian organik sangat tidak disarankan menggunakan herbisida ataupun bahan-bahan kimia lainnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gulma di sawah organik adalah:

Pengendalian Hama dan Penyakit

• Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif Sn bio diversity menggabungkan faktor ekologi dan ekonomi ke dalam perancangan sistem pertanian dan pengambilan keputusan serta menanggapi keprihatinan masyarakat mengenai kualitas lingkungan dan keamanan pangan. Keuntungan melakukan pengendalian hama terpadu biointensif meliputi penurunan biaya asupan kimiawi, mengurangi dampak terhadap lingkungan, baik di dalam maupun di luar sistem pertanian serta sistem PHT yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pengendalian hama terpadu biointensif berpotensi mengurangi input bahan bakar, mesin-mesin pertanian, serta bahan kimia sintetik.

• Pengendalian hama pada pertanian organik didasarkan pada konsep Organic Integrated Pest Management. Pengendalian tersebut merupakan pengendalian hama terpadu yang baik didasari oleh tanah yang sehat. Pengembalian jerami merupakan tindakan penyuburan tanah dan menyediakan organisme untuk makanan musuh alami sehingga musuh alami yang tumbuh cukup untuk mengendalikan hama dan penyakit. Selain itu, ketersediaan berbagai tanaman bunga di lahan organik memungkinkan ketersediaan makanan (serbuk sari dan nectar) serta tempat berlindung bagi serangga berguna di lapangan. Penanaman Tagetes sp., bunga matahari, dan sereh wangi dapat mengusir serangga hama atau menyediakan makanan bagi musuh alami.

• Selain serangga hama, patogen tumbuhan dapat menjadi masalah dalam sistem pertanian. Hal-hal penting dalam mencegah terjadinya penyakit pada tanaman meliputi praktik budidaya yang meningkatkan ketahanan tanaman, seperti drainase yang baik, jaraktanam yang cukup, sanitasi pertanaman dan lain-lain. Jika patogen sudah ada di lapangan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit, seperti penggunaan varietas tahan, menjaga lingkungan sehingga sesuai bagi tanaman tetapi tidak sesuai bagi patogen, serta mengurangi jumlah patogen dengan melakukan rotasi tanaman. Metode pengendalian hama/ penyakit pada sistem padi organik di antaranya: menggunakan varietas, pengedalian secara biologis (meningkatkan populasi musuh alami), dan manajemen (pengelolaan) lahan.

About Unknown

farmingCenter merupakan situs yang menyediakan info mengenai peternakan dan pertanian organik.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.